Jumat, 18 Maret 2011

SAAT KAMU JATUH

Olimpiade musim panas 1982 di Barcelona, Spanyol, Derek Redman melangkah menuju arena, dia membayangkan kemenangan yang akan diraihnya. Ini saat yang telah di tunggu seumur hidupnya. Ia berfikir inilah alas an kelahirannya.
Pada menit terakhir sebelum perlombaan dimulai, ia memandang kearah deretan kursi penonton, mencari-cari wajah ayahnya. Memang ia ingin menang untuk dirinya. Tapi lebih lagi demi ayahnya, yang telah menggorbankan begitu banyak hal, agar ia dapat menjadi peserta olimpiade itu. Ini saatnya membuat ayahnya bangga.
Dor, Derek berlari, mengerahkan seluruh kekuatannya. Segalanya tampak baik sampai memasuki putaran terakhir. Tiba-tiba Derek terjatuh di tengah lintasan lainnya. Kram kski. Rasa nyeri yang hebat mengcengkramnya. Dia berusaha untuk berdiri, melompat, namun rasa nyeri itu sangat menyakitkan baginya. Detik demi detik berlalu, itu serasa berjam-jam baginya, dia rebah menggeliat kesakitan. Derek tidak percaya, inilah akhir perjalanannya selama ini.
Khawatir tentang yang di pikirkan ayahnya saat itu,malu ? Pergi dan meninggalkannya? Mungkinkah ayahnya berfikir. Oh bagus sekali. Jadi selama ini waktu terbuang percuma hanya untuk seorang yang bahkan tidak dapat menyelesaikan pertandingan sama sekali?
Jauh di atas sana, di antara kursi penonton, ayah Derek melompat berdiri. Segera ia menyelip di antara kerumunan penonton. Ada ratusan orang yang harus ia lewati namun akhirnya sang ayah berhasil mencapai garis batasan lintasan lari itu. Seorang penjaga keamanan menghentikannya, dan berkata  “Tidak searang pun diijinkan masuk kedalam arena.” Ayah Derek menjawab dengan kata-kata sederhana, “Itu anak saya.” Maka penjaga itu tidak menghalanginya lagi. Dia masuk kedalam lintasan lari. Sementara ribuan orang bersorak riuh rendah padanya, dia memapah anaknya menuju ke garis finish.
Sebagian kita merasa seolah-olah telah jatuh. Kamu mau menyelesaikan perlombaan yang telah Tuhan tetapkan, tapi rasa nyeri yang menyerang itu terlalu menyakitkan. Tak peduli sekeras apa kita berusaha, tampaknya kita tetap tidak mampu untuk berdiri dan melangkah lagi. Mungkin kita khawati, kalau-kalau
 Bapa di Sorga kecewa terhadap kita, kalau-kalau kita tidak dapat menyenangkan hatiNya.
Tuhan tidak kecewa pada saat kita jatuh. Ia di pihak kita. Kita adalah anakNya yang berharga dimataNya. Kita adalah kesayangaNYa. Oh, betapa sedihnya Dia melihat kita jatuh. Betapa Dia menaruh belas kasihan bagi kita. Tuhan mau kita menyelesaikan perlombaab dan Dia akan melakukan apa saja untuk memapah kita menuju garis finish. Tidak ada yang lebih menghibur, selain dari kenyataan bahwa Dia memanggil kita untuk menjalani perlombaan ini adalah juga Dia yang membantu kita untuk sampai ke garis finish.
Ayub 23 :14 Karena Ia akan menyelesaikan apa yang ditetapkan atasku, dan banyak lagi hal yang serupa itu dimaksudkan –Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar